Orang-orang selalu beranggapan kalau berwisata itu harus
selalu ke pantai, ke Ancol, ke tempat hiburan, ke gunung, atau ke mall
berwisata belaja. Saya maumenajak Anda berwisata di kota saja, yang
biasa disebut wisata kota atau kernnya city tour. Tidak usah
jauh-jauh, di kota Serang banyak sekali daerah tujuan wista kota;
alun-alun Serang, pasar ikan hias di Taman Sari, dan pasar loak. Hah,
pasar loak? Apa tidak salah?
ONDERDIL BEKAS“Ayo, kang, gelati apeu? Merene,” panggil seorang penjual onderdil bekas dengan logat Serang, seraya melambaikan tangannya ke arah saya. Dia merayu saya untuk membeli barang-barang bekasnya. Seutas senyum kecil saya layangkan padanya seraya mendekati. Saat itu matahari lumayan cerah. Sambil memperkenalkan diri saya sebgai wartawan www.rumahdunia.com, tatapan mata saya tak luput dari onderdil bekas yang dipajang; spion, striping atau sayap motor, sokbeker, lampu, rantai dan banyak lainnya yang menggantung di tiang-tiang balok. Kemudian pandangan saya beralih ke kios-kios yang tertutup rapat, tidak ada mushola, toilet, tempat sampah dan sepinya pengunjung.
Ada sebersit tanya mencuat dalam hati, secara geografis mestinya pasar loak Kemang Jaya ini ramai, apalagi jarak dari kota lumayan dekat. Hanya saja lokasinya dibawah jalan Kemang – persis setelah keluar di pintu tol Serang timur, membelok ke kiri, di samping kantor PJR, dekat kawasan Patung. Andai saja pemerintah kota Seragn dan intansi terkait ikut membantu pembangunan pasar loak ini, mungkin pengunjung-pengunjung dari sekitar Banten dan luar Banten akan ramai berdatangan.
Dijelaskan Dasuki, pengunjung yang datang bukan dari daerah Banten saja,”Dari Asem Reges Jakarta, Lampung dan Malang ,” kata bapak beranak satu ini. Masih kata dia, pasar loak onderdil bekas untuk kendaraan bermotor, ini berdiri pada tahun 1999. Tapi, ada juga yang bilang tahun 2003. “Ketua pasarnya H. Badrul Kubang Jaya, Desa Warung Jaud, Kasemen,” kata lelaki berusia 28 tahun ini.
Selama bekerja di pasar lowak, Dasuki tak pernah dipinta bayaran atau pungutan sejenis lainnya dari oknum instansi manapun. “Alhamdulillah, aman,”singkatnya. Selain menjual, pasar loak ini kerap melayani pembelian langsung atau tukar tambah. Penghasilan sehari yang hanya Rp 30 ribu dan tak tentu, tak membuat Dasuki putus asa. Sebagai manusia normal dia pun memiliki mimpi ingin membuka kios onderdil. “Saya ingin mandiri. Ingin buka usaha sendiri,”harap Dasuki.
PEMBELI MALANG
Dari tiga puluh kios yang ada, hanya empat yang buka. Namun bukan berarti Joko Santoso, seorang pengunjung, tak bisa membawa pulang onderdil yang dia cari. “Saya beli boljoin, perkeong dan sokbeker. Totalnya kira-kira 2 jutaan,” kata lelaki asal Malang, Jawa Timur ini. Ditambahkan bapak berusia 41 tahun ini, dia rela mengemudikan setir mobilnya berjam-jam di jalan. “Saya berangkat dari kota Batu Malang jam 2 siang, tiba di Serang jam 11 siang keesokan harinya. Kalau di Malang pasarnya kecil, tapi peminatnya banyak. Soal harga tetap sama. Cuman di sini, di pasar loak Kemang, lebih komplit,” jelas pemilik bengkel mobil di kota Batu Malang ini.
Joko Santoso bisa jadi langganan pasar loak Kemang, karena pernah enam tahun buka bengkel di kota Cilegon. “Saya pernah di banen. Jadi tahulah pasar loak ini,” kenangya. “Saya datang ke pasar loak setiap 2 bulan sekali,” pungkasnya yang saat itu sedang nego harga. (Harir Baldan). by rumahdunia.com